Masih Berjuang

Jika berbicara tentang seberapa jauh perjuangan HMI untuk bangsa, sudah jelas terlihat tidak sedikit perjuangan yang telah diberikan. Sesuai tujuan HMI, “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam, dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang di ridhoi Allah SWT” di usianya ke 71 tahun ini membuktikan seberapa lama organisasi ini bersama rakyat Indonesia mengabdi  untuk kepentingan umat dan bangsa. HMI telah banyak mewarnai riwayat panjang kebangsaan Indonesia. 
Dari sekian lama terbentuknya HMI, jejak perjuangan dan pengabdian organisasi ini terhadap keberadaan bangsa dan negara terbagi menjadi beberapa fase. Jika dibahas sesuai pembagian Prof. Dr. H. Agussalim Sitompul (sejarawan HMI), sejarah perkembangan organisasi ini terbagi menjadi 5 zaman dan 10 fase perjuangan. Beberapa fase ini adalah pokok sejarah dari perjalanan HMI.
Zaman perang kemerdekaan dan masa kemerdekaan (1946-1946). Pada masa ini terbagi menjadi fase konsolidasi spiritual dan proses berdirinya HMI (November-5 Februari 1947), fase berdiri dan pengokohan (5 Februari-30 November 1947), dan fase perjuangan bersenjata dan perang kemerdekaan dalam menghadapi pengkhianatan dan pemberontakan PKI (1947-1949). Kondisi organisasi mahasiswa di kota yogyakarta sebagai  tempat awal berdirinya HMI didominasi oleh pemikiran-pemikiran sosialis, sehingga nuansa keagamaannnya menjadi kering. Meskipun sudah ada organisasi keislaman bagi para pemuda, namun belum ada wadah untuk membina keislaman bagi para mahasiswa. Pada tanggal 5 Februari 1947 lahirlah organisasi ini dengan tujuan awal mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia, serta menegakkan dan mengembangkan ajaran islam. Pada tahun 1948 terjadi pemberontakan PKI di Madiun, saat ini lah fase perjuangan fisik HMI terjadi. Para anggota HMI merasa ikut bertanggung jawab dalam mempertahankan kedaulatan NKRI, mereka mengganti pena dengan memanggul senjata.
Zaman liberal (1950-1959). Pada masa ini HMI sibuk membina dan menata keberadaannya. Pada masa kepemimpinan Lukman Hakim organisasi ini belum bisa terlepas dari kondisi keterpurukannya. Kinerja organisasi yang lamban, manajemen organisasi yang kurang baik, serta para anggota yang kurang terurus. Pada kongres HMI II di Yogyakarta (Desember 1950) dibentuk kepemimpinan baru. Dibawah kepemimpinan Dahlan Ranuwiharjo selaku ketua umum HMI yang ke-3, dilakukan pembenahan dengan membuka cabang-cabang baru, juga melakukan penggalian kembali nilai-nilai keHMIan.
Zaman organisasi terpimpin atau zaman orde lama (1950-1965). Di zaman ini terbagi menjadi dua fase, yaitu fase pembinaan dan pengembangan organisasi (1950-1963), dan fase tantangan I (1964-1965). Semakin kuatnya persaingan antar arus politik untuk menguasai parlemen menyebabkan  terbentuknya organisasi kemahasiswaan dengan tujuan perluasan pengaruh. Persaingan dalam memperebutkan kader baru dan menguasai wilayah kampus juga tidak jarang menimbulkan bentrokan fisik antar organisasi mahasiswa. Kondisi negara dengan nilai inflasi yang tinggi juga mendorong HMI untuk melakukan aksi-aksi protes terhadap pemerintah. Disusul peristiwa G 30 S/PKI (30 September 1965) wakil ketua HMI pada masa ini membentuk sebuah organisasi mahasiswa tanpa membedakan agama dan golongan. KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), memberikan tuntutan kepada pemerintah untuk membubarkan organisasi kemahasiswaan yang menjadi sosok belakang layar PKI. Aksi tersebut justru membuat Sukarno membubarkan KAMI. Namun tidak berarti berhenti, KAPPI mengambil alih posisi KAMI. KAPPI berhasil mengorganisir massa untuk melakukan aksi lainnya. Walaupun lebih banyak menimbulkan korban jiwa, ulah KAPPI berhasil membuat Sukarno mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret (SUPERSEMAR) yang menandai lahirnya orde baru pimpinan Suharto.
Zaman orde baru (1966-1998). Terdapat fase kebangkitan HMI sebagai pejuang orde baru dan pelopor kebangkitan angkatan 66 (1966-1968), fase partisipasi HMI dalam pembangunan (1969-sekarang), serta fase pergolakan dan pembaharuan pemikiran (1970-1998). Di masa ini banyak halangan dan rintangan yang didominasi oleh faktor internal, seperti pergeseran nilai yang berdampak pada hilangnya ruh perjuangan HMI. Sampai terpecahnya HMI menjadi dua, yaitu HMI yang bermarkas di Diponegoro dan HMI yang menamakan dirinya Majelis Penyelamat Organisasi. 
Zaman reformasi (1998-sekarang). Zaman ini terbagi menjadi dua fase, yaitu fase reformasi (1998-2000) dan fase tantangan II (2000-sekarang). Jika dilihat kembali sejarahnya HMI mulai menjalankan gerakan reformasi dengan mennyampaikan pandangan, gagasan, kritik terhadap pemerintahan sejak tahun 1995. Meski secara kuantitas anggota HMI berkembang namun belum ada kepastian tentang kualitas para anggota HMI. Keberadaan HMI secara fungsional mulai memudar, bisa dikatakan mulai tidak menarik lagi. Lebih miris lagi salah satu peran HMI sebagai tempat mahasiswa mengembangkan diri hanya dijadikan sebagai batu loncatan untuk terjun ke dunia politik berikutnya. Juga perilaku alumni HMI dari berbagai daerah yang terjerat kasus hukum, korupsi umumnya. Meski tidak bisa sepenuhnya menyalahkan jika ada yang mengatakan bahwa hal tersebut adalah akibat berproses di HMI. Tentunya ini menambah beban sejarah bagi HMI, dan harus diselesaikan dengan segera.
Seluruh periode perjuangan HMI diatas menunjukkan semangat berjuang untuk mempertahankan keutuhan bangsa, juga mengisi pembangunan di negara ini. Ini merupakan bukti konkret perjuangan HMI dalam pengabdiannya membela negara, memperjuangkan hak-hak rakyat, dan menjaga kesatuan Negara Republik Indonesia.
Akbar Tanjung dan Nurcholish Madjid pernah mengatakan bahwa kiprah HMI dalam perjuangan sangatlah aktif, melebihi organisasi mahasiswa yang lain. Dimana HMI sampai usianya saat ini lebih menghadirkan keberadaannya di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Keduanya pun mengatakan bahwa tidak berlebihan jika dikatakan sejarah HMI adalah bagian logis dari sejarah bangsa Indonesia. HMI adalah organisasi besar, organisasi tertua yang mampu bertahan sampai saat ini di Indonesia, kaya sejarah dan pengalaman, pencetak generasi melek intelektual.Motivasi Akbar Tanjung dan Cak Nur sebelumnya tentu tak lepas dari harapan agar HMI dapat terus mempertahankan semangat berikrarnya dan terus melakukan perubahan, dan siap berjalan seiring datangnya rintangan di masa yang akan datang, juga tidak bosan untuk melakukan aksi nyata demi kemajuan bangsa.
Sudah menjadi tanggungan bagi para anggota organisasi ini untuk lebih intens mengawal bangsa agar tidak lepas dari jalan keadilan dan kemakmuran. Perubahan pergerakan juga menuntut para anggota organisasi ini tidak hanya kritis dalam menghadapi realita kehidupan, namun juga turut aktif menghadapi seluruh permasalahan tanpa mengesampingkan permasalahan lainnya. Jangan jadikan HMI hanya sebagai sebuah organisasi politik, namun ingat kembali salah satu alasan terbentuknya HMI sebagai sebuah organisasi yang mendambakan terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam, dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang di ridhoi Allah SWT.
Daftar Pustaka
Aswin, Muhammad. 2014. Peran HMI. (online), (http://muhammadaswin....bangsa.html), diakses 19 Februari 2018.
HMI Komisariat Ekonomi UM. 2017. Buku Panduan Latihan Kader I (Basic Training). Malang.

Nama

Another Shit Contoh Terlengkap Esai Esai Argumentatif Esai Bahasa Esai Deskriptif Esai Kimia Esai Kritik Esai Pendidikan Laprak Fisdas III Makalah Panduan Menulis Puisi Puisi Aku Puisi Alam Puisi Chairil Anwar Puisi Cinta Puisi Galau Puisi Harapan Puisi Kegagalan Puisi Kehidupan Puisi Kehilangan Puisi Kenangan Puisi Penantian Puisi Penyesalan Puisi Perjuangan Puisi Religi Puisi Romantis Puisi Sahabat
false
ltr
item
Celomes: Masih Berjuang
Masih Berjuang
Contoh Esai Terlengkap; Masih Berjuang Jika berbicara tentang seberapa jauh perjuangan HMI untuk bangsa, sudah jelas terlihat tidak sedikit perjuangan yang telah diberikan. Sesuai tujuan HMI, “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam, dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang di ridhoi Allah SWT” di usianya ke 71 tahun ini membuktikan seberapa lama organisasi ini bersama rakyat Indonesia mengabdi untuk kepentingan umat dan bangsa. HMI telah banyak mewarnai riwayat panjang kebangsaan Indonesia. Dari sekian lama terbentuknya HMI, jejak perjuangan dan pengabdian organisasi ini terhadap keberadaan bangsa dan negara terbagi menjadi beberapa fase. Jika dibahas sesuai pembagian Prof. Dr. H. Agussalim Sitompul (sejarawan HMI), sejarah perkembangan organisasi ini terbagi menjadi 5 zaman dan 10 fase perjuangan. Beberapa fase ini adalah pokok sejarah dari perjalanan HMI. Zaman perang kemerdekaan dan masa kemerdekaan (1946-1946). Pada masa ini terbagi menjadi fase konsolidasi spiritual dan proses berdirinya HMI (November-5 Februari 1947), fase berdiri dan pengokohan (5 Februari-30 November 1947), dan fase perjuangan bersenjata dan perang kemerdekaan dalam menghadapi pengkhianatan dan pemberontakan PKI (1947-1949). Kondisi organisasi mahasiswa di kota yogyakarta sebagai tempat awal berdirinya HMI didominasi oleh pemikiran-pemikiran sosialis, sehingga nuansa keagamaannnya menjadi kering. Meskipun sudah ada organisasi keislaman bagi para pemuda, namun belum ada wadah untuk membina keislaman bagi para mahasiswa. Pada tanggal 5 Februari 1947 lahirlah organisasi ini dengan tujuan awal mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia, serta menegakkan dan mengembangkan ajaran islam. Pada tahun 1948 terjadi pemberontakan PKI di Madiun, saat ini lah fase perjuangan fisik HMI terjadi. Para anggota HMI merasa ikut bertanggung jawab dalam mempertahankan kedaulatan NKRI, mereka mengganti pena dengan memanggul senjata. Zaman liberal (1950-1959). Pada masa ini HMI sibuk membina dan menata keberadaannya. Pada masa kepemimpinan Lukman Hakim organisasi ini belum bisa terlepas dari kondisi keterpurukannya. Kinerja organisasi yang lamban, manajemen organisasi yang kurang baik, serta para anggota yang kurang terurus. Pada kongres HMI II di Yogyakarta (Desember 1950) dibentuk kepemimpinan baru. Dibawah kepemimpinan Dahlan Ranuwiharjo selaku ketua umum HMI yang ke-3, dilakukan pembenahan dengan membuka cabang-cabang baru, juga melakukan penggalian kembali nilai-nilai keHMIan. Zaman organisasi terpimpin atau zaman orde lama (1950-1965). Di zaman ini terbagi menjadi dua fase, yaitu fase pembinaan dan pengembangan organisasi (1950-1963), dan fase tantangan I (1964-1965). Semakin kuatnya persaingan antar arus politik untuk menguasai parlemen menyebabkan terbentuknya organisasi kemahasiswaan dengan tujuan perluasan pengaruh. Persaingan dalam memperebutkan kader baru dan menguasai wilayah kampus juga tidak jarang menimbulkan bentrokan fisik antar organisasi mahasiswa. Kondisi negara dengan nilai inflasi yang tinggi juga mendorong HMI untuk melakukan aksi-aksi protes terhadap pemerintah. Disusul peristiwa G 30 S/PKI (30 September 1965) wakil ketua HMI pada masa ini membentuk sebuah organisasi mahasiswa tanpa membedakan agama dan golongan. KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), memberikan tuntutan kepada pemerintah untuk membubarkan organisasi kemahasiswaan yang menjadi sosok belakang layar PKI. Aksi tersebut justru membuat Sukarno membubarkan KAMI. Namun tidak berarti berhenti, KAPPI mengambil alih posisi KAMI. KAPPI berhasil mengorganisir massa untuk melakukan aksi lainnya. Walaupun lebih banyak menimbulkan korban jiwa, ulah KAPPI berhasil membuat Sukarno mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret (SUPERSEMAR) yang menandai lahirnya orde baru pimpinan Suharto. Zaman orde baru (1966-1998). Terdapat fase kebangkitan HMI sebagai pejuang orde baru dan pelopor kebangkitan angkatan 66 (1966-1968), fase partisipasi HMI dalam pembangunan (1969-sekarang), serta fase pergolakan dan pembaharuan pemikiran (1970-1998). Di masa ini banyak halangan dan rintangan yang didominasi oleh faktor internal, seperti pergeseran nilai yang berdampak pada hilangnya ruh perjuangan HMI. Sampai terpecahnya HMI menjadi dua, yaitu HMI yang bermarkas di Diponegoro dan HMI yang menamakan dirinya Majelis Penyelamat Organisasi. Zaman reformasi (1998-sekarang). Zaman ini terbagi menjadi dua fase, yaitu fase reformasi (1998-2000) dan fase tantangan II (2000-sekarang). Jika dilihat kembali sejarahnya HMI mulai menjalankan gerakan reformasi dengan mennyampaikan pandangan, gagasan, kritik terhadap pemerintahan sejak tahun 1995. Meski secara kuantitas anggota HMI berkembang namun belum ada kepastian tentang kualitas para anggota HMI. Keberadaan HMI secara fungsional mulai memudar, bisa dikatakan mulai tidak menarik lagi. Lebih miris lagi salah satu peran HMI sebagai tempat mahasiswa mengembangkan diri hanya dijadikan sebagai batu loncatan untuk terjun ke dunia politik berikutnya. Juga perilaku alumni HMI dari berbagai daerah yang terjerat kasus hukum, korupsi umumnya. Meski tidak bisa sepenuhnya menyalahkan jika ada yang mengatakan bahwa hal tersebut adalah akibat berproses di HMI. Tentunya ini menambah beban sejarah bagi HMI, dan harus diselesaikan dengan segera. Seluruh periode perjuangan HMI diatas menunjukkan semangat berjuang untuk mempertahankan keutuhan bangsa, juga mengisi pembangunan di negara ini. Ini merupakan bukti konkret perjuangan HMI dalam pengabdiannya membela negara, memperjuangkan hak-hak rakyat, dan menjaga kesatuan Negara Republik Indonesia. Akbar Tanjung dan Nurcholish Madjid pernah mengatakan bahwa kiprah HMI dalam perjuangan sangatlah aktif, melebihi organisasi mahasiswa yang lain. Dimana HMI sampai usianya saat ini lebih menghadirkan keberadaannya di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Keduanya pun mengatakan bahwa tidak berlebihan jika dikatakan sejarah HMI adalah bagian logis dari sejarah bangsa Indonesia. HMI adalah organisasi besar, organisasi tertua yang mampu bertahan sampai saat ini di Indonesia, kaya sejarah dan pengalaman, pencetak generasi melek intelektual.Motivasi Akbar Tanjung dan Cak Nur sebelumnya tentu tak lepas dari harapan agar HMI dapat terus mempertahankan semangat berikrarnya dan terus melakukan perubahan, dan siap berjalan seiring datangnya rintangan di masa yang akan datang, juga tidak bosan untuk melakukan aksi nyata demi kemajuan bangsa. Sudah menjadi tanggungan bagi para anggota organisasi ini untuk lebih intens mengawal bangsa agar tidak lepas dari jalan keadilan dan kemakmuran. Perubahan pergerakan juga menuntut para anggota organisasi ini tidak hanya kritis dalam menghadapi realita kehidupan, namun juga turut aktif menghadapi seluruh permasalahan tanpa mengesampingkan permasalahan lainnya. Jangan jadikan HMI hanya sebagai sebuah organisasi politik, namun ingat kembali salah satu alasan terbentuknya HMI sebagai sebuah organisasi yang mendambakan terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam, dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang di ridhoi Allah SWT. Daftar Pustaka Aswin, Muhammad. 2014. Peran HMI. (online), (http://muhammadaswin....bangsa.html), diakses 19 Februari 2018. HMI Komisariat Ekonomi UM. 2017. Buku Panduan Latihan Kader I (Basic Training). Malang.
Celomes
https://celomes.blogspot.com/2018/02/masih-berjuang.html
https://celomes.blogspot.com/
https://celomes.blogspot.com/
https://celomes.blogspot.com/2018/02/masih-berjuang.html
true
8910899137644969624
UTF-8
Not found any posts Not found any related posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU Tag ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Contents See also related Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy